MERELAKAN SEPERTI SEHARUSNYA
Luka yang di tinggalkan tak akan sembuh hanya dalam sehari, sebulan atau mungkin setahun. Semua yang singgah hanya akan meninggalkan bekas luka seperti tersayat sembilu. Ah, mungkin ini terlalu berlebihan semua ini terlalu lebay. Biarkan kubercerita tentang rasa sakit yang sering aku alami. Kamu datang dengan sejuta keindahan, bagiku kamu harapan dari sebuah impian yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Saat berjumpa melihat senyumnya saja sebuah anugerah terindah. Apalagi jika tahu namanya akan selalu dimimpikan dalam tidur. Saat berbicara padanya jangankan berhadap-hadapan memandangnya juga tak akan sanggup karena getaran di jiwa. Dari khayalan tingkat satu menjadi khayalan tingkat dewa. Dari mulai taman tandus tanpa rumput sekarang penuh dengan bunga beserta wanginya. Indahnya seakan dunia ini yang terlihat hanya dia. Persetan semua ini yang di lihat hanya cinta. Cinta seharusnya membawa pada kebaikan. Cinta mampu menunggu, membentuk orang yang tidak sabar menjadi telaten dengan waktu bahwa Ia sanggup melewatinya.
Saat cinta tidak sesuai apa yang diinginkan. Dia gundah gulana. Seakan sudah berakhir saja. Timbul suatu penyesalan bahwa Ia pernah bertemu dengan cinta. Dia mulai terbawa oleh cinta yang fatamorgana. Melewati hari-hari tanpa kabar darinya. Dia mulai gelisah. Tak tentu arah. Hilang seperti bayangan. Membawa lari impian yang indah.
Lagi dan lagi harus merelakan yang bukan miliknya. Karena semua hanya meninggalkan jejak-jejak pilu di hati. Merelakan. Melepaskan bahwa dia bukan milik Nya. Karena dia hanya singgah membawa keindahan sementara. Karena dia hanya membawa wangi sesaat. Sudahlah. Lupakan. Relakan. Biarkan. Semua berjalan apa adanya. Belajar seperti semula. Sendiri terbiasa dengan sepi. Bernyanyi dengan lirihnya angin. Berteman dengan kecewa.
#BelajarNulis
#Pena_Senja23
#CatatanSenja
#HanyaNulis
#MauNulis
Tidak ada komentar