Uang merupakan alat pembayaran yang sah. Uang sebagai alat tukar. Bahkan sebuah statmen uang segalanya karena segalanya butuh uang. Namun uang juga sering menjadi masalah dalam kehidupan seseorang. Tak ayal tindakan di luar nalar dan irasional pun akan dilakukan oleh orang-orang untuk mendapatkan uang. Salah satunya dengan menggandakan uang. Tidak masuk akal sih, tapi faktanya masih banyak masyarakat yang percaya dengan adanya penggandaan uang.
Kepercayaan terhadap klenik sudah ada sejak ribuan tahun yang lalu. Butuh waktu yang panjang untuk mendidik masyarakat agar berpikir rasional dan tidak mudah tertipu pada supranatural. Rasionalitas masyarakat Indonesia tidak berkembang sehingga kerap terjadi penipuan. Salah satu fenomena belakangan ini adalah dukun pengganda uang yang menghabisi 12 korbannya, Banjarnegara, Jawa Tengah. Fenomena ini menggambarkan dunia mistis dan desakan konsumerisme yang memborbardir seseorang menjadi pragmatis.
Kepercayaan masyarakat pada hal-hal mistis masih melekat hingga kini. Terbukti jasa dukun dan paranormal yang masih diminati banyak orang. Setiap orang memiliki tujuannya masing-masing. Ada yang ingin cepat sukses, kaya raya, jodoh, penyembuhan penyakit dan masih banyak lainnya. Kadangkala kepercayaan tersebut dimanfaatkan oleh orang jahat untuk meraih keuntungan.
Ketimpangan sosial dan himpitan ekonomi menjadi potret muram, secara tidak langsung jadi sebuah refleksi kehidupan. Mengapa masih adanya keinginan melalui jalan pintas? Himpitan ekonomi sang istri yang ditinggal suami menghidupi anak-anaknya dengan kerja serabutan. Keluarga pemulung harus membawa anak-anaknya jalan kaki dengan menaiki gerobak. Anak kecil yang harus putus sekolah karena tak ada biaya. Keluarga yang tak cukup memberi beras sehingga anak-anaknya harus menahan lapar. Akses permodalan yang kecil dan kurang tersedianya lapangan kerja.
Fenomena penggandaan uang menjadi salah satu alternatif di tengah himpitan ekonomi dan kesulitan hidup yang berkepanjangan. Meninggalkan rasio atau akal. Alih-alih menjadi kaya raya dengan jalan menggandakan uang, akhirnya menjadi orang yang merugi baik material dan moral. Ironisnya lagi mereka yang kena tipu adalah orang-orang yang berpendidikan dan ekonomi juga terbilang sudah mapan. Akhirnya konsumerisme menjadi tujuan utama.
Tidak ada komentar