Persetan tentang kesepian. Persetan tentang kesunyian. Persetan tentang keramaian. Persetan tentang kebencian. Karena yang menulis adalah setan. Setan dengan segala tipu muslihatnya. Setan dengan segala strateginya. Setan dengan segala keangkuhananya. Saat menang dia akan tertawa sepuas-puasnya. Biarkan diri ini berpaling.
Masih ditemani sebuah kopi setan. Seteguknya mengandung sebuah kepahitan impian. Mengalirkan sesaknya sebuah penghargaan. Mendamaikan jiwa yang terpasung. Tak perduli berada pada kaum borjuis yang selalu memberi senyum meringis pada kaum proletar. Hancurkan tirani. Robohkan keangkuhan. Remukan kekuasaan.
Melayang-layang seakan terbang pada ketinggian paling rendah. Berlari-lari ketempat yang tak bertepi. Persahabatan adalah permusuhan paling indah. Kekayaan adalah kemiskinan paling mewah. Jabatan adalah perampokan secara sukarela. Cinta adalah kebencian paling sadar untuk berhenti membenci.
Masih di tempat ini. Berteman riuhnya angin malam. Persetan wangimu. Persetan duniaku. Persetan duniamu. Eksistensiku keinginanmu. Walaupun esensinya aku yang paling terbuang. Persetan pagi nanti. Persetan gelap ini. Bisingnya jalan karena sepinya penempatan. Tempat dimana sepi tersisihkan oleh suara gaduhmu.
Tentang malam ini. Selamat tinggal. Tentang malam ini. Selamat menjauh. Tentang malam ini selamat datang. Enyahlah. Singgahlah. Malam menuju pagi. Pagi yang datang secara perlahan. Persetan malam ini. Persetan pagi nanti. Ubahlah amarahmu menjadi senyum sehangat mentari pagi.