Bulir Bening
hari ini kau patahkan hatiku, kau patahkan semangatku, kau kerdilkan mimpiku, kau buramkan anganku
seorang suami perlakukan istri layaknya permaisuri, tak perlu keluar kata caci-maki, aku sebagai istri hanya ingin dapat hak yang nisbi
tak terasa bulir bening yang mengalir pertanda kelembutan kaum hawa
semangat untuk memasak hilang sekejap
pagi ini
semburat jingga mulai menyapa menambah panorama alam nan memesona lenyap ditelan gulita
29 Juni 2022
Minke dan Annelies
1
Sehelai kain menutupi keindahan tubuhmu
Kita sama, berpacu dengan nafsu
Tanpa sekat aku pribumi dan kamu eropa
Aku balas pelukannya
Jantungku berdeburan diterpa angin timur
Berpelukan seperti dua ekor kepiting
Gumpalan hitam tidak memenuhi antariksa hati
Kami berpelukan lagi seperti boneka kayu
2
Setengah jaga setengah mimpi
Kurasai hangatmu menyelimutiku
Menurunkan klambu, memadamkan lilin
Kudapati ia sedang duduk
Pandangannya tertebar di kejauhan
Lirih kuberbisik, "Apakah aku yang pertama kali"?
Jawabanmu membuatku kecewa
Kutinggalkan kamu dalam genangan rasa
Perempuan polos tanpa tinta
Kemudian keluar sambil menutup pintu
Dua anak manusia meramu cinta
Bumi manusia dengan segala macam problematika
Tanpa Keabadian
"om ayah muntah darah semalam," kudengar dari ia
seorang anak perempuan kecil dengan putihnya bercerita, ia baru saja ditinggal sang ayah untuk selamanya
ku tersenyum miris seperti memakan pisau, sekaligus bersyukur masih punya ayah
tanpa keabadian semua milik-Nya akan kembali kepada Sang Mahapasti
Bekasi, Juni 2022
Menunggu
Melihatmu datang penuh senyuman, tapi ini hanya khayalan
Ku duduk tanpa jemu ditemani sejuknya Air Conditioner (AC) wanginya buku, sesekali aku tengok berharap itu kamu tapi palsu
Maka aku coba berdistraksi dengan waktu, aku menunggu sampai rasa kesal berubah jadi sesal
Aku menunggu hingga rasa jemu berubah menjadi cumbu dengan buku
Gramedia 2022
Menerka
Percakapan Malam Pedagang
Pedagang, yang mencari sesuap nasi, baju sederhana, muka kusam, selalu senyum ketika raja datang. Katanya kepada lapak jualan, "Ini akan menjadi saksi dari mimpi kita. Teruslah berjuang biar kujaga waktu."
"Kamu mimpi memang suka membuat libido serasa naik ke ubun-ubun: asalmu dari imajinasi. Diperjuangkan sampai mati. Aku sahabat imajinasi terlahir dari kreasi dan inovasi."
Cikarang, 2022
Wanarasa
sungguh menyiksa
asa yang dulu dekat
tiba-tiba bersekat
pergi tanpa permisi
bagai dua orang asing
menjadi terasing
padahal dulu
berjanji tak berpaling
wana bahasa sansekerta
wana adalah hutan
rasa adalah keadaan
tanpa pinta sudah tercipta
berjuang dalam palung
meneduh pada payung
hitam lekat dekat
suci murni tanpa karat
kujanji
kuraih mimpi
tanpa tapi
tuk kedua keramat di bumi
paling ampuh tak tertandingi
ayah dan ibu yang telah pergi
25 Juni 2022
Kita Adalah Sketsa
Kita Adalah Sketsa
seberapa jauh tak pernah merasa peluh
bahkan sampai lunglai
bagai biola tak berdawai
kita terlalu angkuh
kita adalah sketsa
rasa yang tak bisa menjelma jadi asa
tentang kita terurai
setitik harap
terus dekap
kita adalah sketsa
tak pernah menjadi nyata
wacana dalam rencana
kita adalah sketsa
lukisan perdebatan
antara nyawa dan raga
takdir yang mengukir
manusia yang buat sketsa
menerka pagi dan senja
kita adalah sketsa
Aku dan Waktu
Entah siapa yang lebih dulu
Aku atau waktu
Tiap merasa penyesalan
Maka waktu yang dipermasalahkan
Waktu lebih dulu ada
Ia terus menua
Membersamai manusia
Aku terkungkung penyesalan
Menangis di sela-sela malam
Waktu tetap diam
Tanpa suara
Tanpa kata
Palung hati yang terdalam
Tak ingin terulang
Lagi dan lagi
Juni 2022
Afeksi Rasa
Kamis, 9 Juni 2022 pukul 18.18
Kulihat senyum manismu, mengubah lelahku, tanpa ragu kujadikan kamu ratu, sepenuh hidupku separuhnya tentang kamu
Tapi tanpa terasa, rasa ini hampa, aku kiri kamu kanan, aku berjuang kamu menghilang,
Tak bisakah aku dan kamu menjadi kita, kita saling, tentang silang rasa, aku rindu kamu candu,
Kala rasa menggebu, terucap dari bibirmu, kalau aku adalah raja, nanti duduk di singgasanamu, kita menjadi penguasa, aku menguasaimu kamu ratuku
Kenangan menjadi genangan, akan reda setelah rinai hujan tiba, mega singgah, kita terpana, oleh bara afeksi rasa, kemasygulanmu ratu
Kantin Tercinta
Langkah kaki semakin terdengar satu persatu mendekat. Suasana riuh semakin pekat. Aku duduk di tempat favorit kantin tercinta. Suara bel menandakan istirahat berbunyi. Hilir mudik, suara beradunya sendok dan garpu menyerang piring nasi. Uap yang melayang ke udara sebelum menuju rongga mulut. Melati sejenak melayangkan imajinasinya memiliki kedua orang tua bak raja dan ratu yang hidup berdampingan tanpa pertengkaran. Ia kemudian selalu ditemani oleh Ibu Ratu beserta Ayah Raja. Penuh canda tawa. Tanpa terasa khayalannya buyar oleh udara dingin yang melesat masuk telinganya bagaikan petasan. "Melati...," sedari tadi Mawar bagaikan anak yang memanggil ibunya di sebuah swalayan.
"Eh maaf..". Ngapain sih lo. Dari jam pertama enggak masuk. Gue cariin eh taunya ada disini. Gue udah nebak sih, pasti bakal di tempat ini, ujar Mawar sembari minum es teh manis.