Perpanjangan masa jabatan kepala desa. Setuju kah? Biasa pro dan kontra. Ada yang setuju dan tidak setuju. Bagi saya itu sudah biasa men, yang tidak boleh adalah memaksakan pendapat kita agar orang lain dengan tunduk dan patuh menyembah Kepala Desa sebagai Batara Surya. Setahu saya yang namanya Batara adalah produk dari Bank BTN Batara. He3x.
Okelah kalau begitu. Karena ini tulisan saya jadi harus subjektif kalau mau gelo-gelo sakalian, kalau mau waras-waras sakalian, tuturya.
Kalau saya sih No ya. Perpanjangan masa jabatan kades hanya akan membuat kebosanan dan kediktatoran dalam memimpin. Karena sudah menjadi rahasia umum jika yang menjadi kades adalah keluarga kita. Maka dari tataran tertinggi desa sampai yang terendah adalah keluarga kita.
Bisa dibayangkan jika suaminya kades dan istrinya sekdes. Pengambilan keputusan pun tidak akan objektif karena kalau salah bisa-bisa tidak dibukakan pintu oleh istrinya.
Sebab saya orangnya moodian dan cepat bosan. Maka akan bosen juga lihat Pak Kades itu-itu aja. Tiap kali apel Minggu pertama ke rumahnya eh ada Pak Kades. Minggu kedua juga ada Pak kades. Ya, wajarlah wong dia bapaknya si belahan jiwa.
Selanjutnya Pak Kades akan merasa menjadi seorang diktator karena menjadi pemimpin dalam jangka waktu panjang. “Mau saya apakan desa ini ya urusan saya. Jadi, kalian yang ingin menjadi kades persiapkan dan habiskan usia kalian setelah kepemimpinan saya.” Lama sekali men.
Hal yang paling menyebalkan adalah menunggu. Entah dalam kondisi apapun. Pemuda yang mempunyai potensi akan menunggu terlalu lama untuk menjadi pemimpin di desanya. Kreativitas dan inovasi pemuda setelah mencari ilmu sampai negeri Cina akan merasa asing jika pulang ke desa.
Tidak ada komentar