seperti biasa kita terdampar, pada chorus terakhir sebuah syair, satu malam penuh tabir
antara sepi, mengikuti hati nurani, atau mengikuti nafsu birahi
antara sepi, mimpi yang mengelupas, berselimut di musim panas, bermandikan air hujan
barangkali sepi akan bosan berotasi, pada poros hati gumpalan benci, dan lorong-lorong sesal tertinggal
tersesat, berpelukan, tengah malam, bergumam doa mengurai air mata
lupa, pulang pada luka yang sama, pada sesal yang sama, selalu terucap doa, dengan sendirinya lenyap dosa
sepi bergetar, sulur pijar, muncul fajar, nafsu terpendar
gelap terlarung, termenung murung, tetes berembun, hadirmu yang ranum
tatapmu yang agung, membuatku terkurung, besaran dosa menggunung, aku termenung, sesal makin mengekal, aku semakin mengenal diri ini
Tidak ada komentar