ANGAN MEMBAWA PADA PERGURUAN TINGGI
Challenge Hari Sarjana Nasional
Nama Fahrullah
Nama Fahrullah
Pekerjaan: Wiraswasta
Saat usiaku 7 tahun, seperti anak lainnya aku masuk sekolah dasar. Berawal dari hanya teman sepermainan menjadi banyak teman karena satu sekolahan.
Di sana aku belajar menulis, membaca dan berhitung. Semangat waktu itu masih sangat membara. Ada satu harapan ketika naik kelas akan mendapatkan hadiah alat tulis apabila mendapatkan nilai tertinggi di kelas. Dengan berbekal harapan itu aku rajin menghapal ataupun mengulang pelajaran yang telah diajarkan.
Tak terasa kelas 5 sekolah dasarpun sedang dilalui. Kala itu aku bersama ayah dan ibu memutuskan untuk pindah ke desa yang berbeda satu kecamatan tapi masih satu kabupaten. Setelah pindah sekolah aku mendapatkan banyak teman baru lagi.
Di sekolahan ini harapanku masih sama masih rajin sekolah dan belajar untuk menjadi juara kelas. Alhamdulillah setelah dua tahun di sekolahan yang baru ini akhirnya tibalah waktu kelulusan.
Setelah lulus sekolah dasar aku memutuskan untuk melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama. Saat SMP semangatku masih sama menjadi juara kelas. Sekolah Menengah Pertama juga dilewati dengan sebuah predikat kedua juara umum di bawah satu tingkat rekanku dari sekolah lain.
Setelah lulus SMP akupun mempunyai teman baru di rumah yaitu seorang adik perempuan. Untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yakni SMA sedikit tertunda karena biaya. Waktu itu keinginan akupun untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi tidak pernah padam. Alhamdulillah sebelum sekolah aku bekerja disebuah toko sebagai bekal pengalaman di dunia kerja.
Singkat cerita saat lulus sekolah menengah atas. Hasrat untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi masih ada. Dengan melihat seorang teman yang mohon maaf kurang sempurna fisiknya tapi dia sudah menyandang gelar Sarjana. Maka motivasi semakin besar. Hingga akhirnya diputuskan untuk kuliah di sebuah kampus perguruan tinggi swasta dengan jurusan ekonomi.
Harapannya jurusan ekonomi setelah lulus nanti bisa mengaplikasikan ilmunya untuk berwirausaha. Kuliah juga sambil kerja karena biaya untuk kuliah tidak murah.
Hari-hari perkuliahan dilalui. Mempunyai banyak teman dari kampus maupun luar kampus. Tapi ada sebuah refleksi yang selalu menaungi isi otakku. Setelah jadi sarjana akan kemana. Masihkah dengan semangat yang sama untuk melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi saat pertama masuk sekolah dasar. Ataukah berbeda dengan melihat sebuah kondisi usia dan biaya.
Mimpi untuk membuka sebuah usaha sendiri bagi orang yang tidak mampu sepertiku bukanlah hal yang mudah. Apalagi orang tuaku bukanlah orang kaya punya sawah berhektar-hektar. Orang tuaku hanya seorang buruh tani.
Aku sering berpikir selama masa perkuliahan telah mendapatkan apa, yang terasa hanyalah waktu yang terus bergulir. Bukan berarti tidak bersyukur tapi sebuah pertanyaan. Apa yang akan kamu ciptakan dengan gelar sarjanamu setelah lulus. Apakah hanya sebagai selembar kertas yang selalu dipasang pada media sosial. Apakah hanya akan menaikkan jabatan pekerjaan atau untuk mencari pekerjaan. Dan yang terakhir sudah itu saja.
Terkadang aku bertanya, apakah terlambat waktunya untuk mengetahui sebuah passion. Akupun mencoba hal-hal yang aku sukai mengerjakan sepenuh hati dengan harapan hal yang aku sukai menjadi sebuah pekerjaan. Terkadang juga apa yang jadi kenyataan dan harapan berbeda. Menjalani kenyataan hanya sebagai butuh bukan betah. Sudahlah, tidak baik mengeluh sama saja tidak bersyukur.
Sarjana menurut KBBI adalah orang pandai (orang ahli ilmu pengetahuan). Gelar strata satu yang dicapai seseorang karena telah menamatkan pendidikan tingkat akhir di perguruan tinggi. Apakah jika belum ahli dalam ilmu pengetahuan belum bisa disebut sarjana. Ataukah sarjana hanya sebuah predikat pemanis huruf dibelakang nama. Mungkin ini hanya pikiranku saja. Karena mereka para koruptor adalah orang yang berpendidikan tinggi. Tetapi perilakunya tak seperti orang berpendidikan.
Belajar Nulis
Tidak ada komentar