PUISI HONORER
Permasalahan klasik dengan harapan yang asik.
Repetisi imajinasi dengan solusi tak berujung.
Terlihat di depan PEMDA.
Mereka sedang memperjuangkan haknya.
Bukan pertunjukan konser.
Berjingkrak-jingkrak untuk di sawer.
Bersatu atas nama honorer.
Bukan hanya janji dengan mulut ember.
Harapan aksi adalah realisasi.
Pantang pulang sebelum SK ditangan.
Honorer sang revolusioner.
Seperti mahasiswa pada zaman moneter.
Bersatu padu rebut demokrasi.
Gaji miris untuk sesuap nasi.
Tiga bulan sekali di terima dengan lapang hati.
Belum lagi cicilan yang lain menanti.
Honorer itu beban atau kebutuhan.
Coba jawab dalam sepertiga malam.
Gaji bersih terjadilah dilema diri.
Terus mengabdi atau pergi cari lagi.
Sungguh mulia hidup dengan keikhlasan.
Mendidik dengan penuh kesabaran.
Semoga amalmu mengalir seperti air.
Menjulang seperti gunung.
Tidak ada komentar