Catatan
Mungkin
Mungkin kita bertemu bukan untuk bersatu
Mungkin kita berpisah bukan untuk menjauh
Mungkin
Kita adalah mungkin yang jadi serba mungkin
Hingga akhirnya, kemungkinan itu lirih
Dan kita tetap menjadi kita
Tanpa pernah sempat saling basuh
Saling tutup luka
Tanpa pernah sadar membawa duka
Tak apa bila esok bukan jadi juara
Tapi ingat tentang ini
Takkan dikenal sebuah cerita
Tanpa tangan merangkul
Takkan disapa sebuah senyum
Tanpa epduli disambmut
pergi saja pergi
Lupa saja lupa
Kamu mungkin takkan sadar
Ada yang luka diatas suka yang tengah diagungkan
Standarnya Sih Begitu
Menulislah jangan takut. Berusaha sedapat mungkin tulis, baca, baca ulang. Menulislah dengan usaha yang sungguh-sungguh. Jangan menulis buku seperti menulis surat cinta, salah sedikit langsung disobek.
Pramoedya Ananta Toer berkata, "Jangan pernah takut tulisanmu tidak dibaca, yang terpenting tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat akan berguna.
Mau menulis tentang pasangan
Setidaknya orang yang berpasangan harus mempunyai empat persamaan. Pertama sama-sama hidup dengan tanda, tahu, gerak dan rasa. Sama-sama tahu kelebihan dan kekurangan masing-masing. Sama-sama bergerak jangan satu bergerak kekiri dan yang satu kekanan. Sama-sama punya perasaan. Yang kedua sama-sama manusia jangan beranggapan bahwa perempuan lebih rendah dari laki-laki. Yang ketiga sama-sama dewasa. Dan yang keempat sama-sama cinta. Semakin kuat hubungan ini semakin kuat persamaan ini. (M. Quraish Shihab)
Joker
Pernahkah Berpikir
Pendidikan adalah suatu hal yang menentukan sebuah bangsa itu maju atau mundur. Pendidikan menjadikan sebuah generasi lebih terlihat seperti manusia atau mungkin lebih terlihat secara hewani.
Setiap tahun ratusan bahkan ribuan sarjana lulus dengan berbagai macam penelitiannya. Ada sebuah pertanyaan kemanakah penelitian tersebut, terimplementasi kemana?
Apakah menurut kalian pendidikan saat ini sudah menjadi lebih baik? Sebagian besar mungkin mengatakan pendidikan kita ada yang salah.
Dan sekarang ada sebuah pertanyaan. Bagi mereka yang sedang mengambil S1 atau mungkin S2 dan S3. Apakah kamu merasa lebih pintar dari kamu setahun yang lalu?
Kenyataan. Banyak sekali diluar sana secara gelar sudah banyak. Akan tetapi mohon maaf otaknya tidak sesuai dengan gelar mereka. Kenapa?
Pendidikan kita adalah ilusi. Mengapa. Karena semua siswa dan siswi sudah terprogram oleh tenaga pendidik mereka. Sewaktu sekolah dulu. Apakah kalian berani menjawab soal ujian dengan jawaban yang menurut kalian benar tapi tidak sesuai dengan buku. Dan 99% akan menjawab tidak berani. Mengapa. Karena kalau tidak sesuai dengan buku akan mendapat nilai yang jelek dan tidak lulus.
Padahal manusia yang cerdas adalah bukan manusia yang pintar menghapal. Manusia yang cerdas adalah manusia yang berani mengemukakan pendapat dan berani berkreasi. Dan bukan berarti menghapal itu tidak penting. Cara pendidikan yang benar, berikan poin-poin agar mereka berpikir menggunakan kreativitasnya masing-masing.
Terimakasih Diriku
Terimakasih sudah mau belajar, dari bangku SD hingga perkuliahan. Sekalipun tidak menjadi yang paling cemerlang.
Terimakasih sudah mencari nafkah, sekalipun hasilnya tidak seberapa meski sudah bersusah payah.
Terimakasih sudah pernah nakal dan berbuat kesalahan, sekarang sudah bisa membedakan? Kalau berusaha menjadi baik jauh lebih asyik.
Terimakasih sudah mau membuat keputusan, memilih jalan, mengambil tanggung jawab dan menerima segala resiko.
Terimakasih sudah mau bermimpi dan berusaha mewujudkannya. Sekalipun harus mensyukuri kenyataan atau bahkan kegagalan.
Terimakasih sudah memilih tidak menyerah sekalipun ingin sekali menyerah.
Terimakasih untuk diriku.
Sekali lagi terimakasih.
Sumber: Ayunanisp
Demokrasi (Kebebasan, Keadilan dan Penegakan Hukum)
Demokrasi sudah berumur 74 tahun. Sejak di deklarasikan 17 Agustus 1945. Dalam deklarasi tersebut atas nama bangsa Indonesia bukan pribadi, golongan ataupun organisasi. Demokrasi adalah kekuasaan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sudah sejauh manakah demokrasi itu sendiri sekarang? Apakah poin-poin kebebasan, keadilan dan penegakan hukum sudah memenuhi demokrasi?
Akhir-akhir ini demokrasi transaksional sudah tidak aneh lagi. Orang partai yang militan, keilmuannya mumpuni, serta attitudenya baik belum tentu menjadi yang terpilih. Tapi mereka yang mempunyai popularitas, kedekatan emosional dengan elit politik ataupun punya tampang yang menjual. Jual beli seperti dagangan yang mempunyai kepentingan.
Demokrasi merupakan sebuah rumah seperangkat aturan lewat pemilu, rakyat bisa memberikan sumbangsihnya. Katanya negara kita mendapatkan peringkat ketiga demokrasi di dunia. Ah terlalu luas membahas negara harus menjadi negarawan dulu sedang yang menulis rakyat.
Teringat sebuah ucapan dari dewan wakil rakyat. Saat melakukan audiensi kala aksi. Dia menyampaikan ingin adanya agenda untuk bertukar gagasan dengan masyarakat, akademisi dan kalangan lainnya. Apakah para wakil rakyat berani menganggarkan melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)sebagai tindakan konkritnya. Ataukah hanya karena kemarin masih hangat menjelang pelantikan. Ataukah ini hanya akan hilang terbawa angin yang dinamakan janji.
Tugas seorang dewan secara hierarki adalah pelayanan. Siapa yang menyampaikan aspirasi hendaknya disambut baik oleh pelayan.
Peraturan daerah (Perda) merupakan kunci undang-undang daerah yang harus masuk kearifan lokal bisa bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Untuk itu Rancangan peraturan undang-undang (Raperda) sebelum diparipurnakan harus jelas output, outcame, dan impactnya. Karena ketidaktahuan rakyat adalah senjata para penguasa. Perda terbagi menjadi perda inisiatif yang dibahas oleh komisi dan perda prakarsa yang dibahas oleh eksekutif. Apakah dalam raperda dilibatkan masyarakat, akademisi, dan kalangan lainnya. Dan sudah sejauh mana realisasinya?
KAMPUS
Apakah sekolah ini sudah tersistem sebelumnya sama UNESCO. United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization, (UNESCO) merupakan badan khusus PBB yang didirikan pada 1945. Tujuan organisasi adalah mendukung perdamaian, dan keamanan dengan mempromosikan kerja sama antar negara melalui pendidikan, ilmu pengetahuan, dan budaya dalam rangka meningkatkan rasa saling menghormati yang berlandaskan kepada keadilan, peraturan hukum, HAM, dan kebebasan hakiki. (Pasal 1 Konstitusi UNESCO).
Dari sekolah kita diajarkan jika menggambarkan alam tidak jauh-jauh dari pegunungan. Yang tertanam sampai sekarangpun seperti itu. Ilmu yang melekat bukan sekedar bejibun teori tapi teori lalu langsung diaplikasikan. Semua mempunyai passion berbeda-beda. Memaksakan passion sama saja mengajarkan anak ayam untuk belajar terbang.
Neo Kolonialisme dan Imperialisme
Paradigma, kenapa sebagian orang tidak peduli.Yang terpenting cari duit buat kebutuhan hidup. Ketika sulit cari uang untuk penuhi kebutuhan sehari-hari, pernahkah berpikir ada segelintir elit yang menguasai sistem. Mereka mengeruk sumber daya alam, mengambil uang tanpa disadari dan memperbudak tanpa disadari.
Pemilu adalah ilusi, bahwasanya merupakan simbol memiliki kebebasan tapi sebenarnya tidak punya pilihan. Pers adalah tulang punggung demokrasi. Dunia tidak seperti yang diberitakan media. Dunia tidak seperti yang diajarkan sekolah.
Neo kolonialisme dan imperialisme adalah perbudakan gaya baru, perbudakan global tanpa disadari. Kemerdekaan bukan hanya cukup diucapkan sekali tetapi harus diperjuangkan. Jumlah hutang adalah sistem, selalu lebih banyak dari jumlah uang yang diedarkan. Yang salah siapa? pemerintah, ekonom, akademisi. Ini bukan soal salah atau benar, pintar atau bodoh tapi sebuah sistem yang diterapkan oleh segelentir elite untuk mengambil keuntungan.
Mahasiswa dan Kebenaran
Sedih jika melihat kebenaran dari satu sisi saja. Tanpa pernah
dikaji. Hanya menjustifikasi menurut egonya sendiri. Tidak ada satu
orangpun yang tidak suka dengan kebenaran. Orang bersalahpun akan
membela bahwa dirinya benar. Jangan heran juga jika wakil rakyat tidak
mewakili rakyat. Toh analoginya tempat makan juga bukan terbuat dari
makanan.
Apalagi jika melihat kejadian berdasarkan teori saja tanpa pernah
mencari tahu fakta di lapangan. Menghubungkan semua partikel-partikel
kebenaran. Menghakimi sesuatu hal berdasarkan teknologi informasi yang
sedang dinikmati.
Menjadi mahasiswa memanglah berat seperti halnya mempunyai rasa
syukur. Dari 1000 anak yang masuk Sekolah Dasar (SD) hanya 100 bahkan
puluhan dari mereka yang bisa menikmati menjadi mahasiswa. Pada desa
tertinggal dan keluarga sederhana. Jangankan bermimpi menempuh
pendidikan tinggi mereka masih bergelut dengan sesuap nasi.
Ada sebuah kutipan, “Menjadi mahasiswa serba salah, kala kami
memperjuangkan hak umum dan mungkin di dalamnya ada haknya pula tapi
tetap kami tak ada makna”.
Saat ikut demo, ngapain demo. “Merusuhkan saja lebih baik belajar
yang benar dan kerja untuk memperkaya diri”. Namun saat sedang fokus
pada pembelajaran dan ada masalah di pemerintahan. Mereka pada bertanya,
“Kemana mahasiswa”.
Ketika kami turun ke jalan tentu kami sudah dibekali dengan
pengetahuan dan kajian-kajian. Walaupun di dalam kajian tersebut selalu
pasti ada pro dan kontranya. Karena seperti yang dikatakan kebenaran
bersifat subyektif dibuktikan dengan berbagai macam pendekatan sehingga
menghasilkan data dan fakta.
Jika ada kejadian yang di luar dugaan karena aksi, itu merupakan di luar kuasa mahasiswa sebagai manusia biasa.
Kisah
Teringat sebuah ucapan tentang sama-sama berjuang. Namun sekarang sama-sama diam. Entah diam-diam berjuang ataupun berjuang melupakan kenyataan.
Hal yang paling sulit adalah menerima kenyataan yang pahit. Berantai janji dan harapan berbicara mimpi masa depan. Jika sama saling mewujudkan tentu akan menjadi realita. Bukan sekedar menjadi romansa ataupun problematika tentang kita.
Bertukar argumentasi dengan teori dan implementasi. Terkadang ada saat-saat rindu atas kehangatanmu. Seperti mentari pagi yang mulai menunjukkan kehangatanya saat ini. Akupun menghirup udara pagi di kota ini. Pikiran menarik ke latar belakang tentang kisah. Aku berkat, “Bolehkah Aku bilang rindu?”.
Stasiun PALMERAH
25-09-2019
Reformasi dan Demokrasi
Demokrasi adalah sebuah ekspresi menyampaikan aspirasi. Nyatanya pelaku demokrasi selalu dikebiri oleh penguasa hierarki. Apa yang dicita-citakan sudah jelas selalu menjadi harapan untuk kemaslahatan. Tak luput poin-poin pro dan kontra. Nyatanya kita hidup seperti berhalusinasi. Semua yang diperjuangkan akan hilang dengan sebuah kebijakan yang tanpa ditimbang dan transparan.
Tuntutan reformasi tuntutan kepada birokrasi beserta orang-orang berdasi. Tuntutan reformasi akan semakin banyak meninggalkan pekerjaan rumah. Apalagi pejuang reformasi yang menjadi korban dalam menyuarakan hati nurani. Sebuah keputusan bisa dikuatkan ataupun dilemahkan. Akan tetapi nyawa akibat dari kekerasan tidak bisa digantikan dengan emas ataupun berlian.
Tangisan keluarga korban, merupakan tangisan keadilan. Yang entah sampai kapan diperjuangkan dan disuarakan, akan diam karena kelelahan. Bisakah reformasi dan demokrasi secara elegan yang mencerminkan sebuah kedewasaan.
Stasiun Palmerah
25 September 2019
Kebenaran
Kebenaran sering diucapkan tapi terkadang susah dilaksanakan. Melihat dari situasi sekarang-sekarang ini tentang pandangan terkait isu-isu terkini. Setiap orang punya pandangan tentang kebenaran tersebut. Kebenaran bisa ditemukan dan diuji dengan berbagai macam pendekatan. Kebenaran bisa juga bisa bersifat subyektif tergantung dari sudut mana mereka menganalisanya dan membuktikannya. Akan tetapi yang lebih penting jangan merasa benar sendiri apalagi merasa paling benar. Jika memang bersalah meminta maaflah sekalipun kepada anak kecil. Jika memang benar jangan jumawa karena manusia hanya bisa menerka-nerka.
Mau Ganteng atau Tidak, Mau Cantik atau Tidak, Kalau Tidak Satu Frekuensi. Bagaimana?
Salah satu kalimat yang didapat melalui pelajaran berharga dari kisah
cinta Pak Habibie dan Ibu Ainun. Fisik sepertinya bukan salah satu
indikator utama dalam mencintai seseorang. Karena bagaimanapun yang
terpenting adalah hati. Kita satu pemikiran atau tidak. Kita satu
frekuensi atau tidak. Lebih banyak mengalah atau menang sendiri. Lebih
banyak meminta maaf atau mencaci. Saling menghargai dan mempercayai.
Pasangan bukan sekedar ada tapi dia harus menjadi pelengkap yang ada.
Berjuang jika memang dia layak diperjuangkan. Bukan berjuang untuk
lari dari kenyataan. Bukan berjuang untuk sama-sama saling melupakan
karena terkikis keraguan. Seharusnya saling menguatkan seperti sebuah
tali semakin kuat untuk mengikat menjadi satu.
Pasangan menerima apa adanya dalam semua kondisi bukan hanya selingan
untuk mengisi. Pasangan yang abadi bukan tanpa konflik dan berjalan
mulus seperti jalan tol. Adanya rasa saling. Saling memperjuangkan.
Saling melengkapi. Dan saling berbagi tanpa ada sekat-sekat hirarki
maupun materi. Hati tidak akan pernah bisa berdusta. Menyembunyikan rasa
yang kentara. Jangan bertepuk sebelah tangan. Tapi berpegangan dalam
satu ayunan.
Sampah Diantara Mobil Mewah
Kesadaranku terkikis
Angin berhembus membawa kesana-kemari
Timbulkan masalah
Teduhnya alam
Kotor oleh sosok sampah
Berserakan, menumpuk
Diantara mobil mewah
Sampah menjadi istimewa
Dengan keasadaran yang sederhana
Kala itu di gedung megah
Sampah adalah masalah
Salah adalah mereka
Membuang sampah sesuka hati
Bukan menghakimi
Tumbuhkan kesadaran diri
Orang-orang yang memakai dasi
Selanjutnya menjadi sampah
Atau para pemungut sampah
Yang membersihkan sampah
Musim Kemarau Panjang
Tak terasa usia menua
Musim kemarau ini
Air setitik dari langit tak jua turun
Menunggu hujan dengan kesabaran
Kekeringan masih setia menemani
Semuanya gersang
Sawah dan sungai sekarat
Bunga mawar menjadi layu
Saksi jika air tak lagi bertemu
Ibu-ibu mencari air bersih
Anak-anak dan ternak menjerit haus
Menunggu yang belum waktunya turun
Dalam doa dengan dosa
Salah siapa
Tentu evaluasi diri
Dosa kotor dalam hati
Melumpuhkan atau Mematikan KPK
Bapak Presiden Republik Indonesia, beberapa hari ini kami merasa sedih.
Melihat KPK diserang dari berbagai penjuru. Kami mendengar fraksi-fraksi di DPR telah menyepakati rencana revisi UU KPK. Hal tersebut merupakan inisiatif dari DPR.
Secara normatif boleh-boleh saja para elit politik di DPR mengatakan mereka memiliki wewenang untuk mengusulkan sebuah undang-undang. Sebagai anak bangsa mereka tidak memiliki hak sedikitpun membunuh harapan kami pada KPK dan upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.
Harapan kami letak pada Bapak sebagai Kepala Negara yang telah dipilih oleh mayoritas rakyat Indonesia. Kami paham, sebuah undang-undang tidak mungkin disahkan jika Presiden dan DPR tidak menyetujuinya.
Goresan Tinta Sebuah Renungan
Cover depan adalah tanggal lahir dan cover belakang adalah tanggal kematian.
Tiap lembarnya adalah tiap hari dalam hidup kita dan apa yang kita lakukan.
Ada buku yang tebal.
Ada buku yang tipis.
Ada buku yang menarik dibaca.
Ada buku yang sama sekali tidak menarik.
Sekali tertulis tidak akan pernah bisa di edit lagi. Tapi hebatnya, seburuk apapun halaman sebelumnya.
Selalu tersedia halaman selanjutnya yang putih bersih, baru dan tiada cacat.
Sama seperti hidup kita, seburuk apapun kemarin. Tuhan selalu menyediakan hari yang baru untuk kita.
Kita selalu diberikan kesempatan baru untuk melakukan sesuatu yang benar dalam hidup kita setiap harinya.
Kita selalu bisa memperbaiki kesalahan kita.
Dan melanjutkan alur cerita ke depannya sampai saat usia berakhir yang sudah ditetapkanNya.
Terimakasih Tuhan untuk hari yang baru ini, syukuri hari ini.
Isilah halaman buku kehidupanmu dengan hal-hal yang baik semata.
Dan jangan pernah lupa untuk selalu bertanya kepada Tuhan.
Tentang apa yang harus ditulis tiap harinya. Supaya pada saat halaman terakhir buku kehidupan kita selesai. Kita dapati diri ini sebagai pribadi yang berkenan kepadaNya.
Dan buku kehidupan itu layak untuk dijadikan tauladan.
Bagi anak-anak kita dan siapapun setelah kita nanti.
Selamat menulis di buku kehidupanmu. Menulislah dengan tinta cinta dan kasih sayang. Serta pena kebijaksanaan.
Tuhan tidak pernah menjanjikan bahwa langit itu selalu biru. Bunga selalu mekar dan mentari selalu bersinar. Tapi ketahuilah bahwa Dia selalu memberi pelangi di setiap badai. Senyum di setiap air mata. Berkah disetiap cobaan dan jawaban di setiap doa.
Jangan pernah menyerah sahabat, terus berjuanglah “Life is so beautiful”
(Mr. AB. Antonio Blanco, 86:88)
Mahasiswa dan IPK
Ibarat, Kuliah adalah menu makanan
IPK adalah nasinya
Pengembangan soft skil dan pola pikir adalah lauk-pauknya
Mendewakan IPK sama saja makan nasi tanpa lauk-pauk
Akan kekurangan asupan gizi
IPK tak sesuai harapan
Menyadarkan hasil usaha tidak melulu berbentuk angka
Terlalu naif jika IPK tidak penting
Dan terlalu naif juga menggantungkan masa depan pada angka-angka mati
Yang lebih penting adalah seberapa luas gudang ilmu yang dipunyai
Dan seberapa mampu memanfaatkanya untuk kepentingan masyarakat
Idealis Tapi Harus Realistis; Andai Jadi Anak Sultan
Gelar mahasiswa aktivispun melekat padaku. Kubela orang-orang tertindas, bersuara atas ketidakadilan, melawan atas keotoriteran penguasa.
Namun hidup tidak hanya tentang idealis tapi harus realistis.
Dan tetap saja kapitalis selalu yang diprioritaskan. Apa yang diperjuangkan dengan penuh kesadaran. Tanpa pamrih menjadi slogan.
Membela penindasan dan patriarki, tapi diri sendiri masih ditindas urusan perut.
Terimakasih Pak Polisi
Kami rakyat jelata hanya bisa membalas ‘kebaikanmu’ dengan kebaikan juga
Lewat seorang ibu yang selalu engkau meminta doa dalam segala kondisi
Tahukah, pak? Coba bayangkan jika ibu yang kehilangan tanahnya adalah ibu Bapak
Coba tanamkan empati dengan jangan dulu mengedepankan egosentris
Doa seorang ibu bisa mewujudkan jabatan yang Bapak sandang
Coba bayangkan jika ibu Bapak tidak mempunyai tempat tinggal
Jangankan untuk mencapai pendidikan yang tinggi
Untuk makan saja kami harus merasakan perih
Bagaimana mungkin kami rakyat jelata bisa menjadi seorang Polisi
Itu hanya khayalan tingkat tinggi dalam mimpi
Kami datang bukan tanpa izin bukan tanpa sebab
Jika dalam menyampaikan pendapat ada perkataan yang menyinggung kami meminta maaf
Tapi bukan dengan kekerasan sebagai senjata pembenaran
Karena kebenaran mempunyai titik benarnya masing-masing
Alangkah lebih baiknya duduk bersama tanpa ada rasa kebencian terhadap sesama
Sehingga kami bertanya-tanya
Apakah pendidikan dijadikan sebagai alat penindasan?
Atau untuk melawan penindasan?
Anak Muda Bicara Munir
Munir seorang aktivis yang menjunjung tinggi toleransi, menghormati nilai-nilai kemanusiaan, anti kekerasan dan berjuang tanpa kenal lelah melawan praktik-praktik otoriter.Selama hidupnya ia aktif memperjuangkan hak-hak orang tertindas. Berkomitmen membela siapa saja yang terzalimi. Munir tidak gila harta, jabatan, dan juga fasilitas. Di tengah maraknya pejabat berebut fasilitas Munir membuktikannya dengan tetap menggunakan sepeda motor sebagai teman kerjanya.
Munir bukan hanya sekedar aktivis kampus tapi juga sebagai aktivis kehidupan. Perjuangannya tidak terhenti hanya karena lulus dari kampus. Tidak terbatas oleh wadah, lembaga maupun lawan. Aktivis yang sederhana dan bersahaja. Aktivis membuat perubahan dengan dimulai dari diri sendiri.
Sumber: id.wikipedia.org
Sekilas Tentang Perbedaan
Sebagai manusia kita tercipta sempurna
Walaupun tak serupa
Berbeda warna kulit dan bahasa
Ada yang tua dan ada yang muda
Ada perempuan istana dan ada lelaki jelata
Ada sawo matang dan ada putih merona
Punya kebahagiaan yang sama
Dengan jalan yang berbeda
Perbedaan terkadang selalu menjadi perbincangan
Seakan tak rela menjadi beda dan harus sama
Kita sama-sama orang Indonesia
Tapi berbeda dalam hal suku agama
Ras golongan dan budaya
Perbedaan tercipta agar saling melengkapi
Saling menghormati saling menghargai
Dan saling memahami
Perbedaan diciptakan
Untuk mempersatukan
Jika perbedaan dipandang hanya pada satu sisi
Akan timbul rasisme intoleransi
Merasa benar sendiri
Serta pengkotak-kotakan
Perbedaan bukanlah jarak ataupun jurang
Tapi jembatan dalam persatuan
Puisi Anak Tentang Kehidupan
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar berkelahi
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri
Jika anak dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, ia belajar menghargai
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, ia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, ia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, ia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, ia belajar menemukan cinta dalam kehidupan
Dorothy Law Nolte