Judul: Bergeraklah Mahasiswa I Penulis: Eko Prasetyo I Penerbit: Intrans Publishing, Yogyakarta I Tebal: 146 halaman I Terbit: Agustus, 2017.
Buku ini didedikasikan untuk seluruh aktivis mahasiswa yang memilih menjadi martir dan memutuskan untuk tetap melawan. Bebek berjalan berbondong-bondong, akan tetapi burung elang berjalan sendirian. (Ir. Soekarno).
Inilah buku yang tak menawarkan janji disampaikan dengan bahasa yang riang dan progresif. Diantarkan melalui contoh sugesti dan tauladan. Para mahasiswa bukan kumpulan anak-anak senantiasa tak percaya pada yang ada dan suka menentang aturan yang lazim. Mereka generasi yang berani mengambil resiko, punya pikiran yang melambung dan percaya pada nilai-nilai global. Masih banyak mahasiswa yang percaya tugas kuliah adalah jadi sarjana, bekerja dan bangun keluarga. Buku ini memuat kritik sekaligus alternatif dan merupakan kelanjutan dari buku, “Bangkitlah Gerakan Mahasiswa.” Buku ini membuat anda percaya bahwa menjadi mahasiswa adalah istimewa, tak mungkin diulang lagi. Masa terindah yang patut dijalani dengan mimpi, keberanian dan imajinasi.
Pada Buku Bergeraklah Mahasiswa terdapat sembilan bagian; Prolog bergeraklah mahasiswa, Haruskah kita kuliah untuk mengejar nilai, Gerakan mahasiswa; mau kemana?, Surat terbuka pada bapak-ibu dosen, Menjadi aktivis, Wawancara imajiner dengan Albert Einstein, Kebebasan akademik yang terancam, Seni dan sastra; modal gerakan mahasiswa dan Selamat datang mahasiswa baru.
Pada prolog sang penulis menuangkan gagasannya dengan protes pada ketimpangan akses yang telah berlangsung pada sekian lama. Apa gunanya jumlah kampus banyak tapi tak bisa diakses oleh banyak anak mudanya. Apa manfaatnya jumlah kampus banyak tapi tak banyak beri kontribusi. Bahkan jika kampus banyak tapi hanya dijadikan sebagai industri gelar maka kuliah tak ada bedanya dengan kerja paksa. Anak-anak muda yang bergiliran untuk masuk lalu kemudian dituntut untuk datang dan diberi imbalan gelar. Sang penulis mengajak anak-anak agar tak percaya begitu saja hasutan utama buku ini. Sebab pengetahuan tak bisa diraih jika tangganya bernama ketakutan, kekerdilan berpikir dan ketidakmauan untuk berpetualang. (Halaman 5-6).
Jadi apa tugas kuliah yang sebenarnya, sebaiknya kuliah meneguhkan individu sebagai seorang maupun sebagai anggota masyarakat. Selama ini kampus hanya berusaha untuk meneguhkan kepatuhan sebagai sebuah kebajikan: sehingga kelak akan muncul sedikit orang saja yang berani menentang sesuatu. Ketidakberanian itulah yang harusnya dienyahkan dalam dunia pendidikan tinggi. Pendidikan yang dikonsumsi bisa menjadi kekuatan yang mengubah tatanan. Pengetahuan landasan untuk mengembangkan minat-minat baru bukan himpunan doktrin yang dipercaya, diyakini dan dihapalkan.
Penulis : Fahrullah
Tidak ada komentar