Bersyukur acara perdana kresek berjalan lancar Sabtu malam tanggal 28 Desember 2019. Acara dimulai dari jam 8 malam di Kedai Kopi Engkoh. Diskusi dibuka oleh Walid sebagai Moderator dan Fahrul sebagai pemantik. Topik kali ini membahas Antara Miskin dan Kaya. Berangkat dari keresahan pegiat Kresek mengenai keadaan yang sekarang terjadi hingga muncul beberapa pertanyaan untuk bahan diskusi. Bagaimana keadaan seseorang jika terlahir dari keluarga miskin? Bagaimana pula jika seseorang terlahir dari keluarga kaya? Apakah kaya dan miskin bisa menjadikan kita semakin dekat dengan Tuhan?
Biasanya kita melabeli sifat miskin dan kaya kepada keadaan seseorang. Keadaan yang dinilai dari faktor ekonomi. Orang dikatakan kaya ialah orang yang memiliki banyak harta. Dia mampu memenuhi kebutuhan primernya sebagai manusia. Bahkan mampu memenuhi kebutuhan sekunder setelah kebutuhan primer terpenuhi. Sedangkan keadaan orang yang miskin adalah keadaan seseorang yang tidak mampu memenuhi kebutuhan primernya.
Dalam lingkup sosial dimasyarakat ada fenomena yang bisa membuat kita gagal mendefinisikan dua karta tersebut. Definisi miskin dan kaya bisa rancu. Orang yang mampu, dalam artian dia memiliki kendaraan atau simpanan berupa perhiasan emas, hadir dalam acara berbagi bantuan masyarakat. Mereka meminta bagian dari hasil sumbangan yang datang ke lingkungan mereka. Bahkan mereka sampai berani meneror relawan yang membagikan jika tidak masuk dalam daftar program bantuan. Kondisi seperti ini menyadarkan kita kalau sifat miskin dan kaya soal rasa. Rasa cukup yang timbul dari materi yang sudah dimiliki.
Miskin dan Kaya itu soal mindset, jiwa, dan rasa. Jika rasa yang tumbuh dalam diri sudah baik tidak akan memunculkan sifat tamak. Bukan lagi fokus pada harta saja yang dicari. Tapi soal bagaimana kita mau berperan dalam tatanan lingkup sosial. Berbuat baik yang bisa dimulai dari diri sendiri. Memberikan manfaat kepada sesama. Seperti istilah khoirunnas yanfa’uhum linnas, sebaik–baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama.
Acara kali ini dihadiri oleh Bu Ira dan suami yang berlatar belakang pegiat literasi dari Muaragembong. Beliau memberi banyak cerita dan inspirasi kegiatan-kegiatan sosial di Cikarang. Hadir juga Mbak Caca warga Cikarang yang sedang menempuh kuliah di Jakarta. Hadir pula dua Pegiat Kresek Fadhil dan Manto yang sesekali memberi opini terkait topik diskusi kali ini. Dan pada sesi akhir acara diskusi Kresek ditutup dengan pembacaan puisi dari Fahrul. Kami berharap acara sederhana ini mampu menghadirkan forum diskusi yang mulai langka di wilayah Cikarang khususnya, dan wilayah Kabupaten Bekasi pada umumnya. Seperti makna Kresek yang menjadikan forum ini terbentuk yaitu sebagai wadah yang digunakan banyak orang, wadah yang apa pun di dalamnya Kresek selalu berguna bagi masyarakat.
Tidak ada komentar