Impian Esok Hari
Udara pagi bertiup menyejukan hati mendamaikan jiwa dan menghanyutkan rasa. Udara menelisik, menyusup senyum Mawar berjalan dengan riang menuju sekolah masa depan. Ia masuk dengan jalur beasiswa dan nilai rapor. Sungguh hal yang membanggakan, mengingat di keluarganya. Ayah dan ibu Mawar tak pernah merasakan wisudanya Sekolah Dasar. "War," terdengar suara lembut menyapa dari belakang. Selembut dan sesejuk udara di pagi hari ini. Serasa indah awal hari ini ditemani berbagai kesejukan dan kelembutan. Apakah ini seorang tuan putri yang telah bangun dari tidurnya. Seorang putri salju seperti di dongeng-dongeng? Aku akan memyambutnya dan membawa keliling lapangan dengan menaiki sepedah jika benar itu tuan putri. "Mawar, " suaranya semakin dekat dan menusuk kupingku. "Hai, Melati," ia menyapa teman satu kelasnya sekaligus teman satu permainan tempat berbagi dan bermimpi.Mimpi adalah hal yang gratis. Setiap orang wajib mempunyai mimpi. Karena dengan mimpi bisa menitikberatkan perjalanan hidup yang seakan terasa rumit dan sulit. Bagiku sekolah disini saja sudah merupakan syukur terbesarku. Berbeda dengan Melati. Ia sekolah disini sebagai pelarian bahwa dengan pilihannya bisa mempertanggungjawabkan dan sebagai pembuktian kepada orangtuanya. Bahwa Melati mampu hidup mandiri.
Terlepas dari pilihan apapun yang kami sama-sama pilih. Kami harus berusaha mempertanggungjawabkannya sampai tuntas.
bersambung
Tidak ada komentar