Judul: Catatan Juang I Penulis: Fiersa Besari I Penyunting: Juliagar R.N. I Penerbit: Mediakita, Jakarta Selatan I Tebal: 306 halaman I Terbit: Cetakan pertama, 2017.
Seseorang yang akan menemani setiap langkahmu dengan satu kebaikan kecil setiap harinya. Tertanda Jingga.
Buku Catatan Juang ini berceritakan tentang Suar yang selalu ditemani buku sampul berwarna merah. Buku itu Suar temukan dari angkutan umum ketika ia hendak pulang dari kantornya. Suar adalah seorang mahasiswi lulusan Desain Komunikasi Visual (DKV) dan bekerja sebagai sales asuransi di sebuah bank besar. Jelas sebuah pekerjaan yang tidak ada korelasi dengan disiplin ilmunya. Cita-cita suar yaitu sebagai pembuat film.
Sejak bapaknya terkena strok Suar sebagai anak pertama menyokong ekonomi keluarga. Hingga pada suatu hari Suar melakukan pemberontakan kecil atas rasa nyamannya. Bukankah Bapak tidak pernah memaksaku menjadi pegawai kantoran? Bukankah Ibu tidak pernah memintaku untuk memikul beban ini sendirian dan bertingkah bak superhero? Apakah kesibukan ini cuma kebohongan besar yang aku ucapkan pada diri sendiri? Apakah aku cuma terlalu takut untuk mengambil resiko dan pergi dari segala keteraturan? (Halaman 55).
Suar pun megajukan surat pengunduran diri kepada perusahaan yang ditempatinya. Dia akan mengejar impiannya yang tertunda yaitu menjadi seorang pembuat film.
Suar akhirnya pulang ke rumahnya. Ternyata di desa Suar sedang ada polemik pertambangan, hadirnya pabrik semen yang mengancam lingkungan sekitar. Suar akhirnya memutuskan untuk menyelesaikan konflik ini dengan sebuah karya yaitu film dokumenter.
“Tanyakan kembali apa motif kalian membuat film. Cuma sekedar cari uang? Sekedar pengin terkenal? Sekedar pengin dapat penilaian dari para kritikus? Atau memang mau menginspirasi orang lain lewat karya kalian?” (Halaman 170)
Pada bagian akhir buku ini Suar dipertemukan dengan cintanya yaitu Dude Ginting. Lewat Dude pula Suar pun berhasil mengembalikan buku sampul merah yang selama ini ia jadikan seperti obat kuat dalam hidupnya. Buku itu pun dikembalikan kepada pemiliknya yaitu Fatah tidak lain adalah adik dari Juang Astrajingga. Juang Astrajingga meninggal ketika menjadi relawan ke Gunung Sinabung bersama Dude. Juang Astrajingga meninggalkan istri bernama Ana dan seorang anak cantik bernama Ilya Astrajingga.
Penulis : Fahrullah
Tidak ada komentar